02 Januari 2022

PEMBELAJARAN PARADIGMA BARU DENGAN KURIKULUM PROTOTIPE

Dalam proses pembelajaran seyogianya siswa yang menjadi fokus atau diistilahkan dengan pembelajaran aktif atau student centre.  Namun masih banyak juga guru yang lebih dominan dan kurang mengaktifkan siswa dalam pembelajarannya. Kalau masih seperti ini maka sebaik apa pun kurikulumnya pada akhirnya tidak akan berhasil. Jadi sudah seharusnya lah guru merubah paradigma pembelajarannya dengan lebih mengaktifkan siswa dalam pembelajarannya.

Usaha untuk memahami siswa dan menjadikan mereka pembelajar yang aktif akan memudahkan usaha untuk mengaktualisasikan tujuan pendidikan, yaitu berkembangnya karakter dan kompetensi siswa. Guru berperan memfasilitasi proses mencapai tujuan tersebut. Untuk itu penting bagi guru untuk memiliki kemampuan merancang pembelajaran, agar mampu merancang dan melaksanakan pembelajaran sesuai dengan karakteristik siswanya.

Maka pada tulisan ini penulis akan menjabarkan secara singkat apa itu pembelajaran paradigma baru yang sesuai dengan kurikulum prototipe, profil pelajar Pancasila, dan prinsip pembelajaran pada pembelajaran paradigma baru.

Apa itu pembelajaran paradigma baru?

Pembelajaran paradigma baru memastikan praktik pembelajaran untuk berpusat pada peserta didik. Dengan paradigma baru ini, pembelajaran merupakan satu siklus yang berawal dari pemetaan standar kompetensi, perencanaan proses pembelajaran, dan pelaksanaan asesmen untuk memperbaiki pembelajaran sehingga peserta didik dapat mencapai kompetensi yang diharapkan.

Pembelajaran paradigma baru memberikan keleluasaan bagi pendidik untuk merumuskan rancangan pembelajaran dan asesmen sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan peserta didik.

Pada pembelajaran paradigma baru, Profil Pelajar Pancasila berperan menjadi penuntun arah yang memandu segala kebijakan dan pembaharuan dalam sistem pendidikan Indonesia, termasuk pembelajaran, dan asesmen. Untuk kerangka pengembangan pembelajaran pada pembelajaran paradigma baru dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Bagaimana profil pelajar yang ingin dibentuk oleh pembelajaran paradigma baru?

Pada Profil Pelajar Pancasila, kompetensi dan karakter yang dapat dipelajari lintas disiplin ilmu tertuang dalam 6 dimensi. Setiap dimensi memiliki beberapa elemen yang menggambarkan lebih jelas kompetensi dan karakter yang dimaksud. Selaras dengan tahap perkembangan peserta didik serta sebagai acuan bagi pembelajaran dan asesmen, indikator kinerja pada setiap elemen dipetakan dalam setiap fase. Pada gambar di bawah ini dapat dilihat dimensi dan capaian yang diharapkan dari profil pelajar Pancasila.

Kompetensi dan karakter yang dijabarkan dalam Profil Pelajar Pancasila dibangun dalam keseharian dan dihidupkan dalam diri setiap individu peserta didik melalui budaya sekolah, pembelajaran intrakurikuler, projek penguatan Profil Pelajar Pancasila, maupun ekstrakurikuler.

Struktur kurikulum menjadi dasar perancangan pembelajaran intrakurikuler dan projek penguatan Profil Pelajar Pancasila. Sementara itu, kegiatan ekstrakurikuler dan budaya sekolah dapat dikembangkan oleh satuan pendidikan sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik peserta didik.

Apa yang perlu diperhatikan dalam menerapkan prinsip pembelajaran pada pembelajaran paradigma baru?

Pembelajaran paradigma baru dilaksanakan dengan mengacu pada prinsip pembelajaran sebagai berikut:

1.   Pembelajaran dirancang dengan mempertimbangkan tahap perkembangan dan tingkat pencapaian peserta didik saat ini, sesuai kebutuhan belajar, serta mencerminkan karakteristik dan perkembangan yang beragam sehingga pembelajaran menjadi bermakna dan menyenangkan.

Hal-Hal yang Perlu Dilakukan:

a.   Melakukan analisis terhadap kondisi, latar belakang, tahap perkembangan dan pencapaian peserta didik sebelumnya dan melakukan pemetaan.

b.   Melihat tahap perkembangan sebagai kontinum yang berkelanjutan sebagai dasar merancang pembelajaran dan asesmen.

c.    Menganalisis lingkungan sekolah, sarana dan prasarana yang dimiliki peserta didik, pendidik dan sekolah untuk mendukung kegiatan pembelajaran.

d.   Menurunkan alur tujuan pembelajaran sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik.

e.    Melihat segala sesuatu dari sudut pandang peserta didik.

 

2.     Pembelajaran dirancang dan dilaksanakan untuk membangun kapasitas untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat.

Hal-Hal yang Perlu Dilakukan:

a. Mempertimbangkan berbagai stimulus yang bisa digunakan dalam pembelajaran.

b.    Memberikan kesempatan kolaborasi, memberikan pertanyaan pemantik dan mengajarkan pemahaman bermakna. Untuk pembelajaran bermakna maka guru harus menghindari pembelajaran dengan hanya selalu memberikan pemaparan dalam bentuk ceramah dan instruksi tugas.

a.    Pembelajaran yang sarat dengan umpan balik dari pendidik dan peserta didik ke peserta didik. Selama ini guru hanya memberikan pertanyaan selalu dalam bentuk soal dan dinilai benar atau salah, tanpa umpan balik atau refleksi serta penilaian sumatif yang lebih dominan dibandingkan penilaian formatif.

b.    Pembelajaran yang melibatkan peserta didik dengan  menggunakan kekuatan bertanya, dengan memberikan pertanyaan yang membangun pemahaman bermakna.

 

3.  Proses pembelajaran mendukung perkembangan kompetensi dan karakter peserta didik secara holistik.

Hal-Hal yang Perlu Dilakukan:

a. Menggunakan berbagai metode pembelajaran mutakhir yang mendukung terjadinya perkembangan kompetensi seperti belajar berbasis inkuiri, berbasis projek, berbasis masalah, berbasis tantangan, dan metode pembelajaran diferensiasi. Selama ini sering guru menggunakan satu metode yang itu-itu saja tanpa melakukan evaluasi terhadap metode yang digunakan.

 

Lihat juga: Pembelajaran Berbasis Inkuiri, Pembelajaran Berbasis Proyek, Metode Pembelajaran Diferensiasi.

 

b. Melihat berbagai perspektif yang mendukung kognitif, sosial emosi, dan spiritual. Jangan hanya menggunakan satu perspektif misalnya hanya melihat kemampuan kognitif peserta didik, tanpa melihat faktor lain seperti sosial

emosi atau spiritual.

c.  Melihat profil Pancasila sebagai target tercermin pada peserta didik. Profil pelajar Pancasila ini bukanlah sesuatu yang harus diajarkan dan dihafal oleh siswa, namun merupakan hasil akhir dari pembelajaran.

 

4.    Pembelajaran yang relevan, yaitu pembelajaran yang dirancang sesuai konteks, lingkungan dan budaya peserta didik, serta melibatkan orang tua dan masyarakat sebagai mitra.

Hal-Hal yang Perlu Dilakukan:

a.   Pembelajaran yang berhubungan dengan konteks dunia nyata (kontekstual) dan menjadi daya tarik peserta didik untuk belajar.

b.    Melibatkan orang tua dalam proses belajar dengan komunikasi dua arah dan saling memberikan umpan balik.

c. Memberdayakan masyarakat sekitar sebagai narasumber primer maupun sekunder dalam proses pembelajaran.

 

5.     Pembelajaran berorientasi pada masa depan yang berkelanjutan.

Hal-Hal yang Perlu Dilakukan:

a.    Umpan balik yang terus menerus dari pendidik untuk peserta didik maupun dari peserta didik untuk peserta didik. Jadi proses pembelajaran bukan bertujuan untuk tes atau ujian akhir saja.

b. Pembelajaran yang membangun pemahaman bermakna dengan memberi dukungan lebih banyak di awal untuk kemudian perlahan melepas sedikit demi sedikit dukungan tersebut untuk akhirnya menjadi pelajar yang mandiri dan merdeka.

c. Guru melakukan berbagai inovasi terhadap metode dan strategi pengajarannya. Sehingga guru harus meninggalkan pembelajaran dengan kegiatan yang sama dari tahun ke tahun dengan soal tes dan ujian yang sama.

d.  Mengajarkan keterampilan abad 21. Jadi keterampilan abad 21 itu bukan melalui mengetes atau menilai namun harus mengajarkan keterampilannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cara Membangun dan Melaksanakan Kegiatan Komunitas Belajar dalam Sekolah

Saat ini sudah mulai dirasakan kebutuhan  komunitas belajar , apa lagi dengan adanya Program Merdeka Belajar berupa Implementasi Kurikulum M...